Ekonomi RI Disebut Kebal Resesi, Begini Datanya
Wednesday, May 15, 2024
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membeberkan data bahwa Indonesia salah satu negara yang kebal resesi. Hal itu terlihat dari probabilitas resesi Indonesia yang hanya 1,5%, lebih rendah dibanding hampir semua negara.
"Dari berbagai survei, probabilitas resesi kita salah satu yang terendah di dunia dibandingkan negara lain Jerman 60%, Thailand 30%, Korea Selatan 15%, China 12,5%, tapi Indonesia 1,5%," kata Airlangga dalam Rakernas Percepatan dan Pra-Evaluasi PSN di Hotel Park Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2024).
Airlangga menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah tekanan ekonomi global yang tidak pasti seperti suku bunga tinggi dan risiko tensi geopolitik. Hal itu terbukti dari ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,11% pada kuartal I-2024.
"Itu salah satu pertumbuhan yang tertinggi selama ini dan kalau kita lihat berbagai lembaga rating memberikan asesmen positif bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga, didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil, serta inflasi yang terkendali," ucap Airlangga.
Dari segi inflasi, Indonesia disebut salah satu yang terendah di level 3% pada April 2024. Indonesia hanya kalah dari Korea Selatan dan Jerman yang inflasinya masing-masing 2,9% dan 2,2%.
"Dari segi inflasi negara seperti Afrika Selatan, India, Meksiko dan Vietnam jauh di atas kita. Artinya dengan pertumbuhan ekonomi 5,11% salah satu tertinggi di ASEAN dan inflasi kita salah satu terendah," tutur Airlangga.
Secara spasial, ekonomi Indonesia di wilayah Timur mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi. Tiga kelompok provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Maluku & Papua (12,15%), Sulawesi (6,35%), dan Kalimantan (6,17%).
"Pertumbuhan ekonomi di ketiga wilayah tersebut utamanya didorong oleh kegiatan pertambangan, industri logam dan pembangunan IKN," ucapnya.
Ekonomi RI Harus Lari Kencang 6-7% Demi Jadi Negara Maju
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2045. Sebab untuk bisa mencapai Indonesia Emas 2045, tingkat pertumbuhan ekonomi harus berada di level 6-7%.
"Kita lihat untuk tumbuh kita harus tumbuh 6-7%, sekarang kita tumbuh rata-rata 5% saja sudah salah satu terbaik di ASEAN dan G20," kata Airlangga Seminar ekonomi yang diselenggarakan di Kolese Kanisius, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5).
Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi sebesar itu Indonesia perlu mendapat investasi yang lebih produktif baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya menjalin berbagai macam kerja sama dengan negara-negara lain.
"Bagaimana caranya? Ya kita bicara agar investasi kita lebih produktif, nah itu yang harus kita dorong. Salah satu tentu kita harus mendorong ekonomi kita lebih transformatif, nah untuk bisa transformatif itu kita menjalin kerja sama global," ucapnya.
"Indonesia sudah berhasil jadi tuan rumah G20 dan kita sangat dihormati dunia karena kita punya kemungkinan soft power dalam G20. Kekuatan diplomasi internasional adalah kekuatan ekonomi. Kalau ekonomi kita kuat, negara lain melihat kita," tambah Airlangga.
Di saat yang bersamaan Indonesia juga terus menjalin kerja sama di bidang ekonomi dengan membentuk blok-blok baru seperti Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), Asia Zero Emission Community (AZEC), tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), hingga Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dan Indonesia- Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA)
"Kita juga aktif dalam berbagai blok ekonomi. Antara lain dengan Amerika kita tanda tangan yang namanya Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), ini akan ditangani tanggal 6 bulan depan. Dengan demikian kita tidak dianggap pro China, tapi kita juga value-nya sama dengan AS," ungkap Airlangga.
"Kemudian kita punya transisi energi terhadap Asia Zero Emission Community, ini adalah penyediaan dana untuk transisi energi, kemudian kita masih finalisasi penandatanganan IEU-CEPA," jelasnya lagi.
Sumber : detik